Sabtu, 27 Maret 2010

Apa sih jenis tugas Abdi Dalem pada masa pemerintahan Sultan Hamengkubuwono IX?

A.1 Abdi Dalem Masa Pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono IX
Hamengkubuwono IX


memerintah sejak tanggal 18 Maret 1940 sampai 3 Oktober 1988. Di dalam Kraton beliau adalah seorang Raja yang tetap menjunjung tinggi semua adat istiadat, etika dan falsafah yang berlaku di Kraton sejak lebih dari 200 tahun silam. Tata krama bagi kerabat Kraton dan Abdi Dalem masih tetap berlaku yaitu tradisi Jawa seperti cara berpakaian adat Jawa. Abdi Dalem masih tetap mengenakan baju pranakan yang dilengkapi dengan samir, ikat kepala dan keris.
Suasana di kantor Yogyakarta berbeda dengan pemerintahan modern lain, Abdi Dalem duduk bersila di atas pasir yang memakai alas tikar dan ada yang tidak memakai alas. Mereka menggunakan bahasa Jawa yang paling halus untuk dituturkan (Kromo Inggil) dengan sangat egaliter. Penjaga pintu gerbang Kraton tetap berpenampilan tradisional dengan perlengkapan dan senjata lama, seperti : tombak, pedang dan keris. Abdi Dalem sebagai pegawai Kraton melakukan tugas dengan penuh disiplin dan setia serta menjunjung budaya dan tradisi Kraton Ngayogyakarta.
Abdi Dalem merupakan suatu pengabdian terhadap tuan atau majikannya. Sedangkan arti Abdi Dalem Kraton Ngayogyakarta bagi mereka merupakan suatu pengabdian para Abdi Dalem sebagai abdining kanjeng sinuwun, yaitu abdinya Sultan dan dapat diartikan sebagai suatu kesetiaan kepada Sultan dan penguasa alam ini, setia terhadap yang menguasai keadaan alam ini dan setia dengan penguasa yang dapat diartikan sebagai Raja Kraton Ngayogyakarta.
Abdi Dalem di Kraton harus melalui proses dan seleksi ketat. Jabatan Abdi Dalem diperoleh seseorang setelah berhasil melalui seleksi yang pada awalnya dimulai dengan kegiatan magang tanpa mendapat gaji. Seseorang yang orang tuanya telah bekerja sebagai Abdi Dalem akan diterima bekerja di Kraton dengan seleksi dan syarat yang tidak begitu sulit. Persyaratannya yaitu harus bisa berbahasa Jawa dengan baik, sopan santun di dalam tindakan dan disiplin. Selanjutnya dalam penempatannya disesuaikan dengan pekerjaan dan keahlian masing-masing. Sulitnya untuk menjadi Abdi Dalem di Kraton terletak pada kegiatan magang tanpa mendapat gaji dan harus membeli perlengkapan sendiri (pakaian, sinjang atau jarik, samir dan sebagainya) tanpa disediakan oleh Kraton, di sini seseorang bisa diterima menjadi Abdi Dalem di Kraton harus diuji ketulusan hatinya untuk mengabdi terhadap Kraton.
Berdasarkan teori Fungsionalisme Struktural "Talcott Parsons" dalam bukunya Usman Pelly, yang mengemukakan pandangan bahwa setiap sistem masyarakat terdiri dari komponen-komponen atau unsure-unsur yang terintegrasi secara baik, sistem harus mengatur antar hubungan komponen-komponen yang menjadi bagiannya. Jika dihubungkan dengan teori tersebut, dengan melihat bentuk bagan maka Abdi Dalem Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat dibagi dalam komponen-komponen yang menjalankan kerja dibawah koordinator Pengageng. Setiap komponen mempunyai tugas masing-masing yang pada hakekatnya menjadi bagian dari sistem di Kraton . Terlihat sekali bentuk sistem yang dinamis tersusun secara hierarkis. Jika dilihat dari bentuk bagan, maka Abdi Dalem masuk dalam sistem yang paling bawah. Mereka bekerja di bawah koordinir Pengageng. Pengageng membawahi personalia dari setiap tepas (kantor) dan caos (piket). Struktur sistem tersebut menunjukkan bahwa permasalahan yang ada di Kraton cukup banyak dan rumit. Oleh karena itu dibuat koordinator yang masing-masing membawahi bagian kerja yang saling berkaitan. Masing-masing bagian itu memiliki carik (sekretaris) yang bertugas dalam :
Mengelola pembagian gaji
Mengelola absensi
Mengelola jalannya bagian kerja
Menerima dan melayani tamu
Melaksanakan tugas dan kesekretariatan
Masing-masing Kawedanan Hageng, tepas dan koordinator dipimpin oleh kerabat Sultan. Sementara itu, pelaksana tugas masing-masing kawedanan dan tepas tersebut dilaksanakan oleh pegawai Kraton yaitu Abdi Dalem. Dari bagan struktur organisasi tersebut, masing-masing komponen memiliki tugas sebagai berikut :

1. Ngarso Dalem yaitu pemegang kekuasaan tertinggi, penguasa tunggal.
2. Kawedanan Hageng Sri Wandono yaitu secretariat pemerintahan.
3. Parentah Hageng Kraton yaitu mengkoordinir seluruh komponen yang ada di Kraton. Dalam hal ini berkaitan dengan tugas Abdi Dalem, yaitu : Kawedanan Hageng Punokawan
4. KHP. Widyobudoyo bertugas dalam bidang kebudayaan.
5. KHP. Purorakso bertugas dalam bidang keamanan.
6. KHP. Kridhomardowo bertugas dalam bidang kesenian.
7. KHP. Purakoro bertugas dalam bidang perbendaharaan (menjaga dan memelihara pusaka Kraton).
8. KHP. Wahono Sarto Kriyo bertugas dalam bidang transportasi dan pekerjaan (tenaga).
9. Tepas Rantamarto bertugas dalam bidang perencanaan keuangan.
10. Tepas Danartopuro bertugas dalam bidang penerimaan, pengeluaran, dan penyimpanan uang.
11. Tepas Halpitopuro bertugas dalam bidang pembelanjaan seluruh kebutuhan.
12. Tepas Dwarapuro bertugas dalam bidang penghubung Kraton dengan pihak-pihak luar Kraton.
13. Tepas Banjarwilopo bertugas dalam bidang penataan buku-buku tidak termasuk manuskrip.
14. Tepas Pariwisata bertugas dalam bidang pelayanan terhadap para wisatawan.
15. Tepas Keprajuritan bertugas sebagai kelengkapan kebesaran Kraton, bukan untuk berperang.
16. Kawedanan Pengulon bertugas dalam bidang keagamaan.
17. Kabupaten Puroloyo Kitho Ageng bertugas menjaga makam kerabat Raja di Kotagede.
18. Kabupaten Puroloyo Imogiri bertugas menjaga makam kerabat Raja di Imogiri.
19. Babadan Wiratama bertugas dalam bidang kesejahteraan (asuransi).
20. Babadan Museum bertugas menjaga dan memelihara museum.
Setiap bidang dikoordinir oleh Sentana Dalem yang memiliki beberapa staf yang terdiri dari Abdi Dalem dari tingkat terendah sampai tingkat tertinggi. Para Abdi Dalem mengerjakan berbagai tugas dengan ikhlas dan penuh rasa tanggung jawab terhadap pemimpinnya yaitu Sultan. Abdi Dalem Kraton Ngayogyakarta jumlahnya mencapai ribuan orang bahkan lebih dengan berbagai tugas dan pengabdiannya masing-masing. Oleh karena itu Abdi Dalem Kraton Ngayogyakarta dibagi dalam beberapa jenis serta tugasnya,yaitu :
1. Abdi Dalem Punokawan
Yaitu Abdi Dalem yang berasal dari rakyat biasa bukan pegawai Pemda Daerah Istimewa Yogyakarta. Mereka sengaja ingin mengabdikan diri di Kraton Ngayogyakarta dan Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Abdi Dalem Punokawan terdiri dari Abdi Dalem Punokawan Sowan yaitu para Abdi Dalem Punokawan yang bertugas di tepas (kantor), setiap hari masuk kerja pada pukul 09.00-14.00, kecuali hari libur. Serta Abdi Dalem Punokawan Caos yaitu Abdi Dalem Punokawan yang masuk kerja hanya selang 3 hari sekali, 7 hari sekali, 10 hari sekali dan 12 hari sekali dalam setiap bulannya. Abdi Dalem ini bertugas menjaga beberapa tempat selama satu hari satu malam, yaitu: di Regol Keben, Regol Taman, Regol Magangan dan Regol Gapuro.
2. Abdi Dalem Keparak
Yaitu Abdi Dalem perempuan yang umumnya menunaikan kewajibannya di Kraton Kilen (Keputren). Abdi Dalem Keparak umumnya bertugas menyiapkan piranti seperti sesaji bila terdapat acara-acara Kraton.

Selain Abdi Dalem menjalankan tugas di dalam Kraton, Sri Sultan juga memberi kebebasan para Abdi Dalem untuk bekerja di tempat-tempat lain. Seperti halnya pada Abdi Dalem Caos yang hanya bekerja di Kraton pada hari-hari tertentu saja sesuai dengan jadwal piketnya dapat menggunakan sisa waktunya untuk bekerja di luar Kraton (ada yang sebagai pegawai kantor, tukang kayu, penjahit, pedagang dan masih banyak yang lainnya) asalkan kewajibannya bekerja di Kraton dipenuhi dulu. Kebijaksanaan ini dimaksudkan untuk meningkatkan taraf hidup keluarga Abdi Dalem sendiri. Jam kerja Abdi Dalem Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Sesuai jam kerjanya maka ada dua macam jam kerja dari Abdi Dalem, diantaranya Abdi Dalem yang bertugas di tepas (kantor), setiap hari masuk kerja dari pukul 09.00-14.00 WIB, kecuali hari libur dan Abdi Dalem yang bertugas di Caos (piket), tidak setiap hari masuk kerja, ada yang 3 hari sekali, 7 hari sekali, 10 hari sekali, serta 12 hari sekali dalam tiap bulannya. Selain Abdi Dalem yang berseling kerjanya, juga ada Abdi Dalem Caos yang bekerja tiap hari yaitu Abdi Dalem Caos kantoran dibagian Pariwisata. Abdi Dalem bekerja dengan prinsip sukarela, artinya mereka mau melakukan pekerjaan apa saja atas kemauan sendiri dengan gaji yang sangat kecil. Mereka bekerja di Kraton dengan prinsip rame ing gawe sepi ing pamrih untuk mendapat berkah dalem. Secara lahiriah jika dilihat besar gaji Abdi Dalem dari Kraton tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari Abdi Dalem dan keluarga, tetapi mereka tetap mau bekerja di Kraton. Adapun gambaran hidup Abdi Dalem untuk bekerja di Kraton adalah Among Atmo Sumbogo (hidup mati dekat Kraton), Condro Boto (pelaksana pedaleman Kraton Yogyakarta), Walijo (berkah setelah mengabdi di Kraton) dan Medi Oetomo (madep mantep mengabdi terhadap Sultan).
Pangkat Abdi Dalem Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat berdasarkan golonganya adalah semua pejabat Kraton dari tingkat tertinggi sampai terendah yang bertugas membantu para bangsawan dalam menjalankan tugasnya. Golongan Abdi Dalem terbentuk karena alas an kepangkatan atau jabatan dengan sifat terbuka, artinya siapa saja dapat menjadi Abdi Dalem dan bisa berubah kedudukannya karena kenaikan pangkat. Pada masa Hamengkubuwono IX Abdi Dalem dan para bangsawan yang mengabdi di Kraton memperoleh pangkat, kedudukan, dan gaji pepetan. Kepangkatan Abdi Dalem masa pemerintahan Hamengkubuwono IX berubah tidak tentu tergantung dari kerajinan, ketekunan, dan keberuntungan Abdi Dalem. Jika Abdi Dalem bekerja sesuai tata tertib Kraton dan tidak mempunyai kesalahan dalam menjalankan tugas maka pangkatnya ada kenaikan sesuai jabatannya,tetapi tugasnya di Kraton tetap. Disisi lain jika Abdi Dalem rajin bekerja maka Sri Sultan akan mempercepat Kenaikan pangkatnya. Pada Hamengkubuwono IX pangkat Abdi Dalem naik setelah 4 atau 5 tahun mengabdi di Kraton. Namun jika Abdi Dalem berbuat kesalahan akan dipindahkan ketugas yang lebih rendah. Itu tergantung dari kesalahannya, namun jika kesalahannya parah sampai membuat citra Kraton menjadi buruk maka Abdi Dalem akan dikeluarkan.

Tempat Tinggal Abdi Dalem Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Mengenai tempat tinggal Abdi Dalem, Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat memberi tanah untuk ditempati oleh Abdi Dalem yang masih keturunan Kraton atau darah biru tapi tidak boleh dijual. Sedangkan untuk Abdi Dalem yang bukan keturunan Kraton tinggal diluar tanah Kraton (perumahan) yang diberi nama tanah Magersari. Masa Sultan Hamengkubuwono IX, tempat tinggal Abdi Dalem kebanyakan terdapat di luar Kraton.

1 komentar: